Setelah dilakukan uji coba penggunaan bahan bakar campuran biofuel di tahun 2019, Mediterranean Shipping Company (MSC) saat ini menerapkan penggunaan 30% bahan bakar campuran pada kapalnya. Mulanya uji coba dilakukan dengan penggunaan bahan bakar campuran minimal 10 persen dan percobaan berikutnya menggunakan bahan bakar campuran mencapai 30 persen.
MSC menyatakan penggunaan biofuel mulai digunakan pada kapalnya saat di Rotterdam, Belanda, 7 Desember. “Kami senang melihat uji coba ini berhasil dan saya sangat berharap pemakaian biofuel dapat dilakukan di seluruh kapal kami. Penggunaan bahan bakar campuran biofuel diperkirakan dapat menurunkan 15-20% emisi CO2,” kata Bud Darr, Wakil Presiden Eksekutif, Kebijakan Kemaritiman & Urusan Pemerintahan, MSC Group.
“Potensi pengurangan CO2 dalam komponen biofuel ini bisa mencapai 80-90%, yang kami pantau secara berkala,” lanjutnya.
Biofuel dapat menjadi solusi alternatif bagi sektor perkapalan untuk memenuhi ambisi IMO di tahun 2030 dalam pengurangan intensitas emisi CO2, serta membuat kemajuan yang signifikan di tahun 2050. Penggunaan biofuel pada kapal kontainer dapat secara signifikan membantu mengurangi emisi dan meningkatkan kualitas udara.
Keputusan MSC menggunakan biofuel merupakan pendekatan strategis perusahaan yang lebih luas untuk keberlangsungan perusahaan. Perusahaan tetap berkomitmen mengimplementasikan rencana konkret untuk memodernisasi armadanya yang lebih ramah lingkungan dan efisien melalui program investasi industri terbesar pengiriman kontainer.
MPA Percepat Persiapan IMO 2020
The Maritime Port Authority of Singapore (MPA) telah mengumumkan beberapa inisiasi baru untuk membantu para agen pengiriman barang memenuhi peraturan IMO tentang emisi gas sulfur, dan menjadikan kegiatan operasionalnya lebih ramah lingkungan melalui digitalisasi, di Forum Singapore Registry of Ships (SRS).
Di antara inisiasi baru tersebut adalah perluasan Program MPA’s Green Ship, yang memberlakukan insentif untuk mendorong penggunaan mesin berbahan bakar alternatif dengan kandungan karbon lebih rendah seperti gas alam cair (LNG). Selain itu, MPA juga akan meluncurkan insentif baru untuk penggunaan bunker LNG selama di pelabuhan dan untuk kapal yang melebihi persyaratan IMO’s Energy Efficiency Design Index atau Indeks Desain Efisiensi Energi yang ditetapkan IMO.
Salah satu tujuan MPA adalah menjadikan LNG sebagai bahan bakar alternatif bagi agen pengiriman barang setelah Januari tahun 2020, dan emisi kapal diijinkan maksimum 0,5% sulfur. Kepala Eksekutif MPA Quah Ley Hoon mengatakan visi Singapura adalah menjadi “pelabuhan hub global dan pusat maritim internasional untuk dunia pelayaran”.
“Masa depan negara kita harus didukung oleh penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, SDM yang handal, kemudahan prosedur pengiriman barang, platform digital yang mudah dioperasikan dan berbagai inovasi di bidang kemaritiman”
Singapura adalah pusat bunker terkemuka di dunia dan saat ini bersiap menjadi bunker LNG. Untuk membantu upaya itu, MPA telah mendukung pembangunan dua kapal bunker LNG untuk memfasilitasi bunker LNG ship-to-ship mulai Triwulan III tahun 2020. Selain itu, MPA berupaya memperkuat konektivitas digital Singapura, dan pada akhir 2019 nantinya MPA menginginkan semua layanan yang disediakan oleh One Stop Document Center tersedia secara online. (Disarikan dari porttechnology.org oleh Kharis Fauzi)